Jalan Poros Melak–Barong Tongkok Gelap Gulita, Warga Nilai Pemkab Kutai Barat Lalai Urus Penerangan Jalan

- Penulis

Senin, 27 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SENDAWAR, TRIBUNONE.COM–Saat lampu-lampu panggung Festival Dahau 2025 menyoroti megahnya kebudayaan di jantung kota Sendawar, pemandangan berbeda justru terjadi di sepanjang poros Melak–Barong Tongkok. Ratusan lampu jalan di jalur utama yang menjadi nadi pergerakan masyarakat Kutai Barat itu padam total, membuat suasana malam berubah muram dan penuh risiko.

Selama hampir sebulan terakhir, penerangan jalan di poros vital tersebut nyaris tidak berfungsi. Hanya beberapa tiang yang masih menyala di titik-titik tertentu, selebihnya gelap gulita. Bagi warga dan pengendara, kondisi ini bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi juga ancaman keselamatan yang nyata.

“Sudah hampir sebulan lampu jalan tidak pernah diperbaiki. Jalanan gelap sekali, apalagi sekarang banyak kendaraan keluar masuk karena acara Dahau. Kadang kami takut juga, bisa saja ada yang tertabrak karena jarak pandang pendek,” ujar Ana, seorang pengendara motor yang setiap malam melintas dari Melak ke Barong Tongkok, Senin malam (27/10/2025).

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Ana, jalur itu kini seperti lorong gelap tanpa akhir. Banyak kendaraan melaju tanpa bisa memperkirakan keberadaan pengguna jalan lain.

“Kalau siang memang ramai dan aman, tapi begitu malam tiba, jalanan seperti mati. Tidak ada cahaya sama sekali. Kadang saya sampai pakai lampu jauh terus supaya bisa lihat lebih jelas,” katanya dengan nada kesal.

Ia menilai pemerintah daerah tampak tidak peka terhadap kondisi lapangan. Padahal, arus lalu lintas di poros Melak–Barong Tongkok meningkat tajam selama perayaan Dahau. Ribuan orang dari berbagai kecamatan datang untuk menikmati hiburan rakyat, pameran budaya, dan konser malam. Ironisnya, ketika pemerintah sibuk menata panggung festival, lampu jalan justru dibiarkan padam berhari-hari.

“Sepertinya Pemkab lebih sibuk urus acara Dahau daripada perhatikan keselamatan warga di jalan. Kalau ada kecelakaan, siapa yang tanggung jawab? Ini jalan utama, bukan gang kecil. Harusnya diperbaiki dulu sebelum acara besar seperti ini,” ucap Ana.

Baca Juga:  Polresta Banyumas Bongkar Jaringan Sabu Antar Kota, Dua Pengedar Ditangkap dengan Barang Bukti 17,04 Gram

Kondisi minim penerangan itu juga berdampak pada kenyamanan warga yang pulang malam dari arena festival. Banyak yang mengaku khawatir melintas sendirian karena jalanan tampak menyeramkan. Tak sedikit pula pengendara yang terpaksa memperlambat laju kendaraan karena takut menabrak orang yang menyeberang di area gelap.

“Kadang ada anak-anak muda pulang dari Dahau malam-malam. Mereka boncengan tiga, tidak pakai helm, lampu motor redup. Kalau jalan terang, masih bisa lihat dari jauh. Tapi sekarang semua gelap, berbahaya sekali,” tambah Ana.

Ia berharap pemerintah segera turun tangan memperbaiki lampu jalan yang rusak, bukan menunggu acara selesai baru bergerak.

“Kami ini bayar pajak kendaraan, bayar listrik, masa penerangan jalan tidak dapat perhatian? Kalau alasan sibuk Dahau, itu berarti salah urus. Rakyat tidak butuh panggung gemerlap kalau jalan ke rumah saja gelap,” tegasnya.

Warga setempat juga kerap membandingkan kondisi ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat perayaan serupa digelar, perawatan lampu jalan biasanya dilakukan lebih awal. Namun tahun ini, perbaikan tampak terabaikan, bahkan tidak ada petugas Dishub yang terlihat mengecek titik-titik PJU yang padam.

“Biasanya sebelum acara besar, mereka sempat cek jalan dan ganti bola lampu. Tapi sekarang seperti tidak ada yang peduli. Saya lewat tiap malam, tetap saja gelap dari ujung Melak sampai masuk Barong,” tuturnya.

Bagi Ana dan banyak warga lain, padamnya penerangan jalan di poros utama Kutai Barat adalah simbol kelalaian pemerintah daerah. Di tengah semangat mempromosikan budaya dan pariwisata lewat Festival Dahau, Pemkab justru dianggap mengabaikan aspek paling dasar dari pelayanan publik: keselamatan warganya sendiri.

“Dahau boleh meriah, tapi jangan biarkan jalan utama seperti kuburan,” pungkas Ana.

Facebook Comments Box

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Hari Sumpah Pemuda, Gubernur NTB Serukan Semangat Persatuan dan Keteguhan Bangsa
Gubernur NTT Tegaskan Peran APIP dalam Pengawasan Pemerintahan Daerah
Gubernur NTT Dorong Bambu Jadi Pilar Ekonomi Restoratif di Labuan Bajo
Siluq Ngurai Siap Meriahkan Dahau Kubar 2025 dengan Pameran Sulam Tumpar dan Lomba Tradisional
Kasus HIV/AIDS di Kalangan Pelajar Kupang Meningkat, Wali Kota Bentuk Gerakan Edukasi dan Pencegahan Dini
Promosi Judi Online, Dua Mahasiswi di Kupang Ditangkap Polisi
Polda NTT Ungkap Dugaan Pencurian 9 Senjata Api, Pelaku Diduga Oknum Polisi
Polres Manggarai Barat Tangani Kasus Penganiayaan Perempuan di Cowang Ndereng
Berita ini 36 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 Oktober 2025 - 17:05

Gubernur NTT Tegaskan Peran APIP dalam Pengawasan Pemerintahan Daerah

Selasa, 28 Oktober 2025 - 16:54

Gubernur NTT Dorong Bambu Jadi Pilar Ekonomi Restoratif di Labuan Bajo

Selasa, 28 Oktober 2025 - 15:16

Siluq Ngurai Siap Meriahkan Dahau Kubar 2025 dengan Pameran Sulam Tumpar dan Lomba Tradisional

Selasa, 28 Oktober 2025 - 03:32

Kasus HIV/AIDS di Kalangan Pelajar Kupang Meningkat, Wali Kota Bentuk Gerakan Edukasi dan Pencegahan Dini

Selasa, 28 Oktober 2025 - 03:02

Promosi Judi Online, Dua Mahasiswi di Kupang Ditangkap Polisi

Berita Terbaru