Kutai Barat Dikeruk: Jejak Tambang, Dinasti Politik, dan Pengkhianatan Atas Nama Lingkungan

- Penulis

Senin, 9 Juni 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto : Ismail Thomas, Mantan Bupati Kutai Barat (2006-2015)

Foto : Ismail Thomas, Mantan Bupati Kutai Barat (2006-2015)

Jakarta Tribunone.com Sendawar, Kaltim – Kerusakan lingkungan parah di Kutai Barat bukan semata akibat tambang rakyat kecil. Di balik lubang-lubang menganga dan hutan yang habis digerus, terungkap skema sistematis pengurasan sumber daya oleh elite politik lokal. Ia adalah Ismail Thomas, mantan Bupati Kutai Barat yang menjabat dua periode (2006–2015).

Tambang rakyat selama ini dijadikan kambing hitam. Padahal, kerusakan berskala besar justru terjadi akibat operasi perusahaan besar yang bernaung di bawah kepemimpinan dan pengaruh Ismail Thomas.

“Penambang rakyat itu sejatinya hanya bertransformasi dari cara tradisional ke semi-mekanis. Mereka bukan aktor utama kerusakan ini,” tegas seorang tokoh masyarakat, yang memilih anonim karena alasan keamanan.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tokoh Lingkungan yang Bermuka Dua

Selain Ismail Thomas, juga muncul aktor yaitu Alsiyus, ia mengklaim sebagai aktivis lingkungan terdepan bertopeng Aliansi Penyelamatan Hutan Kutai Barat (APHKB). Ia rutin mengkritik tambang ilegal dan menuntut perlindungan hutan. Namun, di balik seruan lantangnya, tersembunyi masa lalu yang gelap.

Alsiyus ia mantan Direktur PT Bangun Olah Sarana Sukses (BOSS) – salah satu perusahaan tambang yang beroperasi saat Ismail Thomas masih menjabat sebagai bupati. Perusahaan ini meninggalkan kerusakan masif dan lubang tambang yang tak pernah direklamasi.

“PT BOSS itu dulu sangat aktif, dan ironisnya, banyak warga tidak tahu bahwa Alsiyus sendiri yang ada di balik pengelolaannya. Sekarang dia bicara soal penyelamatan lingkungan? Kami bingung dan merasa dibohongi,” ungkap seorang warga Kampung Jambuk, yang menjadi saksi langsung dampak operasional tambang.

Jaringan Kuasa dan Dinasti Tambang

Selama dua periode menjabat, Ismail Thomas membangun jaringan bisnis tambang yang kompleks. Ia menempatkan orang-orang kepercayaan dan kerabat dalam posisi strategis di perusahaan tambang. PT Gunung Bara Utama (GBU) dan PT BOSS menjadi poros dari jaringan tersebut.

Salah satu modus operandi adalah menjadikan orang dekat sebagai “boneka” dalam struktur perusahaan. Misalnya, Laurensius, mantan satpam rumah dinas bupati, diangkat sebagai Direktur PT Sendawar Jaya (cikal bakal GBU).

“Laurensius itu hanya dipajang di atas kertas. Semua keputusan penting tetap dikendalikan oleh Ismail,” ujar sumber internal perusahaan yang kini bersedia angkat bicara.

Baca Juga:  Kutai Barat dalam Cengkeraman Eksploitasi: Ketika Hutan Adat Dikorbankan untuk Tambang dan Sawit

Skema Fee Tambang dan Surat Kuasa Keluarga

Dengan surat kuasa bernomor 003/KK-SJ/II/2009, Laurensius memberikan wewenang kepada Klemensius Posan, kerabat istri Ismail untuk menerima fee tambang dari GBU. Skema ini memungkinkan pengumpulan fee produksi batubara hingga USD 4 per ton, selama tambang terus beroperasi.

Dokumen resmi dari Dinas ESDM Kaltim yang memuat jumlah produksi GBU menjadi bagian dari berkas penyidikan dugaan pemalsuan dokumen oleh Kejaksaan Agung tahun 2023.

Dinasti Tambang: Dari Anak hingga Ipar

Jaringan ini tak berhenti pada lingkaran kecil. Alexander Edmond, anak sulung Ismail Thomas, dan Marthinus, ST, iparnya yang mantan anggota DPRD Kaltim dari PDIP, juga disebut sebagai aktor penting dalam pengelolaan kekayaan hasil tambang.

“Ini bukan cuma korupsi. Ini kolonisasi kekayaan daerah oleh segelintir keluarga. Sumber daya kita dijarah atas nama kekuasaan,” ucap seorang aktivis lingkungan dari Kampung Linggang Bigung.

10 Perusahaan, Satu Jejak: Ismail Thomas

Setidaknya 10 perusahaan tambang diduga berada dalam kendali langsung atau tidak langsung Ismail Thomas:

  1. PT Pratama Bersama (PB)
  2. PT Gunung Bara Utama (GBU)
  3. PT Bangun Olah Sarana Sukses (BOSS)
  4. PT Farhan Fadilah Lestari
  5. PT Bumi Enggang Khatulistiwa (BEK)
  6. PT Kencana Wilsa
  7. PT Citra Dayak Lestari
  8. PT Lanai Jaya
  9. PT Energi Batu Hitam (EBH)
  10. PT Mook Manor Bulatn Lestari (MBL)

Akhirnya, Rakyat yang Jadi Korban

Sementara elite tambang menumpuk kekayaan, masyarakat adat dan petani kehilangan tanah, air bersih, dan ruang hidup. Mereka dikorbankan, dijadikan tameng propaganda, dan dilabeli sebagai penyebab krisis lingkungan.

“Mereka yang duduk di balik meja kekuasaan justru yang menciptakan kehancuran. Kami hanya bisa menonton kampung kami dirusak, dan suara kami tak didengar,” ujar seorang ibu rumah tangga dari Kecamatan Damai.

Investigasi Masih Berlanjut

Tribunone.com berkomitmen melanjutkan investigasi ini. Kutai Barat bukan hanya soal kerusakan lingkungan, tetapi soal bagaimana dinasti politik menggunakan tambang sebagai alat kontrol dan akumulasi kekuasaan. (*)

Facebook Comments Box

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

KPK Surati Presiden dan Ketua DPR RI, Minta Audiensi Bahas RUU KUHAP
Mafia Tambang Keruk Tahura Bukit Soeharto, Negara Rugi Rp5,7 Triliun Distribusi Batu Bara Haram Diduga Tembus Pelabuhan Balikpapan!
Bakamla RI Lakukan Aksi Cepat Evakuasi Penumpang KMP Barcelona 5 yang Terbakar di Perairan Pulau Talise
Panglima TNI dan Menhan Hadiri Rapat dengan Komisi I DPR, Bahas Anggaran dan Prestasi Keuangan TNI
Wujud Kepedulian, Kodim 1002/HST Gelar Anjangsana Sambut HUT ke-67 Kodam VI/Mulawarman 
KPK Tetapkan 5 Tersangka Korupsi Proyek Jalan di Sumut, Termasuk Pejabat PUPR dan Swasta
Macron Peringatkan “Skenario Terburuk” jika Iran Tinggalkan NPT, Desak Dunia Bertindak
Kapolri Promosikan 9 Kombes Pecah Bintang Jadi Brigjen, Tercantum dalam Telegram Mutasi Polri
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 22 Juli 2025 - 16:06

KPK Surati Presiden dan Ketua DPR RI, Minta Audiensi Bahas RUU KUHAP

Senin, 21 Juli 2025 - 16:10

Mafia Tambang Keruk Tahura Bukit Soeharto, Negara Rugi Rp5,7 Triliun Distribusi Batu Bara Haram Diduga Tembus Pelabuhan Balikpapan!

Senin, 21 Juli 2025 - 03:26

Bakamla RI Lakukan Aksi Cepat Evakuasi Penumpang KMP Barcelona 5 yang Terbakar di Perairan Pulau Talise

Kamis, 10 Juli 2025 - 02:54

Panglima TNI dan Menhan Hadiri Rapat dengan Komisi I DPR, Bahas Anggaran dan Prestasi Keuangan TNI

Sabtu, 28 Juni 2025 - 16:25

KPK Tetapkan 5 Tersangka Korupsi Proyek Jalan di Sumut, Termasuk Pejabat PUPR dan Swasta

Berita Terbaru