Menkeu Soroti Dana Rp 3,2 Triliun Mengendap di Kutai Barat: “Uang Rakyat Bukan untuk Tidur di Bank

- Penulis

Selasa, 21 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, TRIBUNONE.COM – Kementerian Keuangan Republik Indonesia menyoroti lambannya realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di berbagai wilayah hingga kuartal III tahun 2025. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, masih banyak pemerintah daerah yang belum mampu membelanjakan anggarannya secara optimal. Salah satu yang menjadi sorotan adalah Kabupaten Kutai Barat (Kubar), yang tercatat menumpuk dana hingga Rp 3,2 triliun di perbankan.

Dalam rapat pengendalian inflasi nasional yang digelar di Kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025), Purbaya menilai fenomena penumpukan dana di bank sebagai cerminan lemahnya kinerja eksekusi anggaran pemerintah daerah.

“Rendahnya serapan anggaran menyebabkan simpanan uang Pemda yang menganggur di bank mencapai Rp 234 triliun. Ini bukan soal tidak ada uang, tapi soal kecepatan dan keberanian mengeksekusi,” tegas Purbaya.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia menyoroti mentalitas birokrasi yang cenderung pasif dan menunggu instruksi, padahal dana dari pusat sudah disalurkan secara penuh dan tepat waktu. Akibatnya, uang yang seharusnya menggerakkan ekonomi daerah justru “parkir” di bank, tanpa memberi dampak nyata bagi pembangunan atau kesejahteraan masyarakat.

“Uang itu seharusnya bekerja, bukan tidur di bank,” sindirnya.

Hingga September 2025, realisasi belanja APBD nasional baru mencapai Rp 712,8 triliun atau 51,3 persen dari total pagu Rp 1.389 triliun. Angka ini turun drastis 13,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menkeu menyebut hal ini sebagai indikator bahwa roda ekonomi di banyak daerah berjalan lebih lambat dari seharusnya.

Purbaya menambahkan, penurunan tajam terutama terjadi pada belanja modal, yang hanya mencapai Rp 58,2 triliun atau turun lebih dari 31 persen. Sementara itu, belanja barang dan jasa turun 10,5 persen, dan belanja lainnya anjlok 27,5 persen.

Baca Juga:  Mutasi ASN di Kutai Barat Disorot, Pejabat Turun Eselon hingga Penunjukan Plt Diduga Sarat Titipan Politik

“Belanja pegawai relatif stabil. Tapi belanja modal yang justru berdampak langsung pada pembangunan dan penciptaan lapangan kerja malah turun drastis. Ini sinyal bahaya,” ujarnya.

Dalam daftar 15 daerah dengan simpanan dana terbesar di bank, Kutai Barat menempati posisi ketujuh dengan dana mengendap mencapai Rp 3,2 triliun—bahkan lebih tinggi dari Provinsi Sumatera Utara yang mencatat Rp 3,1 triliun.

Purbaya menyayangkan kondisi tersebut, terutama karena Kutai Barat masih memiliki banyak pekerjaan rumah di sektor infrastruktur dasar, pelayanan publik, dan pengentasan kemiskinan.

“Kalau Rp 3,2 triliun itu dibelanjakan dengan tepat waktu, dampaknya bisa luar biasa: mempercepat pembangunan jalan, jembatan, hingga layanan dasar. Tapi kalau hanya disimpan di bank, masyarakat tidak mendapat apa-apa,” tegasnya.

Ia juga menyoroti praktik sebagian pemerintah daerah yang menempatkan dana di deposito demi mengejar bunga bank, bukan untuk digunakan sebagaimana mestinya.

“Dana publik bukan untuk disimpan demi keuntungan jangka pendek. Tugas pemda adalah memastikan setiap rupiah memberi manfaat nyata bagi rakyat,” tegas Purbaya.

Selain soal eksekusi anggaran, Menkeu juga menggarisbawahi pentingnya integritas dan reformasi birokrasi. Ia menilai rendahnya realisasi anggaran kerap disebabkan oleh ketakutan pejabat mengambil keputusan, atau bahkan karena praktik birokrasi yang berbelit.

“Kalau aparatur takut salah karena aturannya ruwet, berarti reformasi belum jalan. Tapi kalau takut karena ada kepentingan pribadi, itu yang berbahaya,” ujarnya.

Ia menegaskan, dengan sisa waktu tiga bulan di tahun ini, seluruh pemerintah daerah harus mempercepat realisasi belanja, terutama untuk program-program produktif.

“Jangan tunggu akhir tahun, jangan tunggu perintah pusat. Gunakan uang yang sudah ada untuk rakyat,” pungkas Purbaya. (Rb)

Facebook Comments Box

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Berita Terkait

Hari Sumpah Pemuda, Gubernur NTB Serukan Semangat Persatuan dan Keteguhan Bangsa
Gubernur NTT Tegaskan Peran APIP dalam Pengawasan Pemerintahan Daerah
Gubernur NTT Dorong Bambu Jadi Pilar Ekonomi Restoratif di Labuan Bajo
Siluq Ngurai Siap Meriahkan Dahau Kubar 2025 dengan Pameran Sulam Tumpar dan Lomba Tradisional
Kasus HIV/AIDS di Kalangan Pelajar Kupang Meningkat, Wali Kota Bentuk Gerakan Edukasi dan Pencegahan Dini
Promosi Judi Online, Dua Mahasiswi di Kupang Ditangkap Polisi
Polda NTT Ungkap Dugaan Pencurian 9 Senjata Api, Pelaku Diduga Oknum Polisi
Polres Manggarai Barat Tangani Kasus Penganiayaan Perempuan di Cowang Ndereng
Berita ini 23 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 28 Oktober 2025 - 17:05

Gubernur NTT Tegaskan Peran APIP dalam Pengawasan Pemerintahan Daerah

Selasa, 28 Oktober 2025 - 16:54

Gubernur NTT Dorong Bambu Jadi Pilar Ekonomi Restoratif di Labuan Bajo

Selasa, 28 Oktober 2025 - 15:16

Siluq Ngurai Siap Meriahkan Dahau Kubar 2025 dengan Pameran Sulam Tumpar dan Lomba Tradisional

Selasa, 28 Oktober 2025 - 03:32

Kasus HIV/AIDS di Kalangan Pelajar Kupang Meningkat, Wali Kota Bentuk Gerakan Edukasi dan Pencegahan Dini

Selasa, 28 Oktober 2025 - 03:02

Promosi Judi Online, Dua Mahasiswi di Kupang Ditangkap Polisi

Berita Terbaru